Senin, 16 Mei 2011

SAAT AKU AKAN MENUJU KE YOGYA


Tak terasa ternyata waktu berlalu begitu cepat, tinggal beberapa hari lagi aku akan keluar dari Madrasah Aliyah ini. Aku tak tahu harus meneruskan sekolah dimana ?.
Kebimbangan yang terus melanda itu, membuat aku gelisah dan terus memikirkannya setiap malam. Dan pada suatu hari entah mengapa aku terfikirkan untuk memutuskan kuliah ke Yogyakarta. Padahal sewaktu masih duduk di sekolah Madrasah Tsanawiyah aku ingin sekali kuliah di Bandung. Akan tetapi sekarang ingin melanjutkan sekolah di Yogyakarta. Namun hati ini masih bimbang karena di sanapun aku memiliki dua pilihan yaitu Universitas Islam Negeri Yogyakarta (UINY) atau Universitas Negeri Yogyakarta(UNY) ?.Aku ingin mendaftarkan diri di kedua universitas tersebut. Namun sebelum aku mengikuti jalur PBU, aku harus mempersiapkan segala persyaratan yang harus diberikan nanti ke universitas yang bersangkutan. Aku kewalahan dengan semua persyaratan yang harus aku penuhi, namun untung saja ada kedua orang tuaku membantuku untuk mempersiapkan semuanya. Namun walaupun begitu masih tetap saja kewalahan, karena ada hal – hal yang belum dimengerti oleh aku dan kedua orang tuaku.
Aku dan kedua orang tuaku harus mundar – mandir kesana kemari mengurusin hal – hal yang kurang lengkap dari hal legalitsir sampai pada foto yang aku butuhkan untuk itu. Setelah semuanya lengkap, aku kirim semua persyaratan itu ku berikan pada guru yang mengurusi anak – anak yang ingin malanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi.
Pada awalnya aku telah mendaftarkan diriku di kedua universitas yang ku inginkan, di UINY aku memilih jurusan keungan islam dan di UNY aku memilih jurusan teknologi pendidikan. Namun setelah aku fikir – fikir kembali, dikarenakan biaya yang cukup mahal untuk mendaftarkan dikeduanya, lalu hatiku mantap dan aku putuskan untuk kuliah d UNY melalui jalur Penelusuran Bibit Unggul (PBU) atau bisa juga disebut jalur PMDK karena aku tertarik dengan jurusan yang telah aku pilih dan mungkin tak banyak saingannya untuk lulus seleksi PBU itu dan biayapun berkurang karena aku hanya mengambil satu universitas saja.
Ku tunggu dan terus ku tunggu jawaban dari universitas itu. Dan pada akhirnya ada temanku yang memberi tahu bahwa aku lulus pada seleksi tahap pertama jalur PBU. Hatiku menjadi tak karuan pada saat itu, aku belum percaya dengan semua hal itu, aku mencoba menghubungi guru yang mengurusi semua itu, guru itu berkata : ada empat orang yang diterima di UNY dan salah satunya kamu. Dan  alhamdulillah adalah kata yang terucap dimulutku saat ku mendengar langsung dari guruku itu.
Dan beberapa hari setelah pengumuman aku memutuskan untuk mengakhiri liburan ku di Purwakarta ini dan bergegas pergi ke Cirebon untuk mengambil surat panggilan di sekolahku itu. Dan ku putuskan untuk menginap di pesantrenku lagi sampai semua urusan selesai, baik urusan di pesantren maupun urusan di sekolah.
Pada saat aku ke sekolah, aku hanya diberi fotocopyan surat lulus tahap satu itu, padahal yang hanya ku butuhkan yang asli dan persyaratan – persyaratan lainnya juga belum terpenuhi untuk mengikuti tes tahap kedua yaitu tes wawancara dan tes kesehatan yang akan dilakukan di universitas tersebut.
Namun sudah beberapa hari persyaratan itu tak kunjung lengkap. Aku terus berusaha melengkapi persyaratan itu dengan cara menghubungi dan menemui guru tersebut. Tapi sudah dua hari aku mundar – mandir sekolah terus dan menunggu guru itu menyelesaikan dan memberikan surat panggilan yang asli itu, namun guru itu seperti mengulur – ngulur waktu terus, padahal sebentar lagi waktu panggilan itu akan datang.
Tiga hari lagi waktu panggilan itu akan datang. Namun persyaratan belum juga kunjung selesai. Aku terus berusaha karena hari itu hari terakhirku untuk berusaha melengkapi semuanya.
Untung saja ada temanku yang menemaniku untuk melengkapi semua persyaratanku ini. Mulai nunggu di sekolah terus jalan kaki menuju rumah wali kelasku yang jaraknya cukup jauh dari sekolahku itu, lalu kembali lagi ke sekolah dengan berjalan kaki kembali. Dan setelah sampai di sekolah aku dan temanku itu pergi kembali ke tempat guru itu berada karena surat yang asli masih ada di guruku itu. Tapi entah mengapa perjalanan ini semakin berat karena hujan menyertai kita berdua untuk mengambil surat panggilan tesebut. Namun kita berdua tetap pergi dan akhirnnya kita bertemu dengan guru itu dan guru itu memberikan surat panggilan tersebut.
Setelah semua selesai, ayahku datang ke Pesantren untuk mengantarku pergi ke Yogja sambil melihat – lihat Pondok Pesantren mana yang bagus untuk nanti aku singgahi kalau ku diterima di Universitas Negeri Yogyakarta tersebut. Dan pada malam harinya aku, ayah, dan teman ayahku serta temanku dan ayahnya yang sama – sama diterima di universitas tesebut pergi dari Cirebon menuju Yogja jam 20.00 WIB memakai jasa travel.
Sesuatu hal yang mencekam terjadi, di karenakan supir travel itu mengatuk dan akhirnya mobil travel tersebut menjadi ugal – ugalan di jalanan. Setelah melihat hal itu kami semua memutuskan untuk berhenti sejenak di tepian jalan agar supir itu tidur sejenak. Pada saat menunggu supir yang sedang istirahat tidur, kami semua keluar dari mobil dan pada saat kami semua menunggu di luar, ternyata supirnya terbangun. Setelah supir itu terbangun dan tanpa melihat penumpang dia langsung tancap gas meninggalkan kita semua. Disitu kami semua panik dan langsung salah satu dari kita menghubungi supir tersebut untuk kembali menjemput kami yang di tinggal lari oleh supir itu. Setelah supir itu kembali lagi menjemput kami yang telah di tinggal lari, dan karena kejadian tersebut, kamipun melanjutkan perjalanan dengan penuh canda dan tawa.
Setelah beberapa kota telah di lewati. Akhirnya waktu yang dinantipun tiba, tepat jam 03.40 WIB, kita semua sampai di Yogja. Keluargaku dan temanku itu berpisah tuk sementara waktu. Aku sementara tinggal di pondok Al Munawwir komplek “ S ”, soalnya sekalian melihat aktivitas yang ada di Pondok Pesantren dan temanku di tempat kost – kostan alumni MAN yang sama – sama berjuang mencari ilmu di Yogja.
Ternyata masih ada satu hari lagi untuk mempersiapkan diri agar bisa mengikuti tes tahap dua dengan semaksimal mungkin. Namun di satu hari itu aku tak kemana – mana, aku terus saja seharian di Pesantren.
Satu hari telah berlalu, dan di hari kedua aku pergi ke Universitas bersama teman – teman baruku yang rela menyempatkan waktunya untuk mengantarku ke universitas tersebut. Padahal mereka mempunyai kesibukan masing – masing.
Waaah . . . itulah kata yang terucap saat aku sampai di Universitas itu. Sempat aku pesimis, apa aku bisa bersaing dengan anak – anak yang lainnya? Padahal aku tak mempunyai kelebihan apa – apa. Aku lolos tahap satu hanya keburutungan saja. Akan tetapi aku tak mau menyerah begitu saja karena sudah banyak pengorbanan yang telah dikeluarkan. Aku berfikir bahwa disinilah awal dari perjuangan mencari ilmuku. Aku harus berhasil dan lulus dalam tes tahap dua ini.
Setelah aku dan kakak angkatan mencari – cari tempat tes itu dilaksanakan, akhirnya ketemu juga tempatnya. Aku dan kakak angkatan yang mengantarku itu menunggu lama sekali untuk panggilan tes ku itu. Setelah beberapa lama akhirnya aku di panggil namun jeda waktu panggilan itu hanya sebentar buatku. Kakak angkatanku memprotes pada dosen yang memanggilku, ini giliran dia tadi dia dipanggil kenapa dia tidak diperkenankan untuk masuk? Kata kakak angkatanku. Lalu dosen itu berkata : iya nanti dipanggil lagi.
Waktunya telah tiba, akhirnya aku dipanggil juga oleh dosen itu. Dengan jantung yang berdebar – debar akupun masuk ke ruangan wawancara itu. Setelah masuk dan menandatangani daftar hadir akupun duduk dan ditanya ini itu oleh dosen yang mewawancaraiku. Lalu setelah persyaratan dan wawancara itu selesai, akupun merasa lega karena tinggal tes kesehatan saja dan diantar oleh kakak angkatanku itu.
 Akhirnya aku sampai di tempat tes kesehatan tersebut, setelah semuanya selesai kami berduapun bertemu dengan orang tuaku dulu. Lalu pergi ke tempat kost – kostan kakak angkatanku itu untuk beristrahat karena sore harinya aku dan keluarga serta temanku dan ayahnya akan pulang kembali ke Cirebon. tobe continue . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar